Minggu, 16 November 2014

Boneka Itu...



                                                            Boneka Itu...                        


Hari ini aku berulang tahun. Aku mendapat banyak hadiah dari keluargaku. Khususnya dari nenek, namun beliau memberikan hadiah yang menurutku biasa- biasa saja. Lain halnya dengan papa dan mama, mereka berdua memberikan hadiah yang amat istimewa, yaitu sebuah jam tangan dari Paris dan sepatu kulit dari London. Tapi, nenek justru hanya memberikan sebuah boneka yang terbuat dari kain perca. Mata boneka tersebut terbuat dari kancing baju yang tidak serupa baik ukurannya maupun warnanya.       
 “ Maaf Dea, nenek hanya bisa memberikan boneka ini di hari ulang tahunmu.” Kata nenek yang sampai sekarang masih saja teringat di pikiranku.
            Sebenarnya, dari hatiku yang paling dalam ingin sekali aku membuang boneka itu. Namun apa daya? setiap malam sebelum aku tidur nenek selalu masuk ke kamarku untuk memastikan apakah boneka buatannya masih ada di kamarku atau tidak. Pernah sekali aku mencoba membuang boneka tersebut ke tempat sampah di dalam kamarku. Melihat hal itu, nenek langsung mengambil boneka itu dan langsung mencucinya. Lalu, nenek bertanya kepadaku kenapa boneka itu bisa ada di tempat sampah dalam kamarku. Karena aku gugup dan panik, akhirnya aku terpaksa berbohong pada nenek dengan mekatakan bahwa yang membuang boneka itu adalah Mundy, kucingku.
            Namun, karena boneka itulah aku diejek oleh teman- temanku di sekolah. Suatu hari, Risa, Pipit, dan Qania bermain ke rumahku. Mereka bertiga masuk dan bermain bersamaku di dalam kamarku. Namun apa yang mereka katakan saat melihat boneka itu? Mereka mengatakan bahwa boneka itu boneka murahan, jelek, kotor, dan kuno.
            Mendengar hal ini, aku pun langsung menangis. Saat ini, tidak ada orang  yang bisa aku gunakan sebagai teman. Kecuali para boneka yang ada di kamarku, termasuk boneka dari nenek. Memang, boneka dari nenek sangat setia menemaniku disaat aku sedang sedih maupun senang. Tapi, karena boneka itulah aku menjadi bahan ejekan di sekolah.
            Karena aku sudah tak tahan lagi, akhirnya aku berkata jujur pada nenek yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi. “Ehmm Nek, bolehkah aku berbicara sebentar dengan nenek? “ kataku sambil duduk di semping nenek dan memangku boneka tersebut. “Ya tentu boleh cucu nenek yang cantik” kata nenek sambil tersenyum. “ Nek, ini Dea kembalikan boneka dari nenek. Makasih ya, “ lho, kenapa Dea? Bukannya nenek selalu melihat kamu memainkan boneka ini bersama boneka- boneka lainnya? “ . Mendengar hal ini aku langsung menceritakan semua peristiwa yang aku alami karena boneka tersebut. “oh, baiklah nggak apa-apa maafin nenek ya, kalau udah ngasih hadiahh yang membuatmu nggak nyaman.” “Mmm.. tapi nenek nggak marah kan sama Dea? “ “Ya tentu enggak, dea..”
            Deg!! Lagi- lagi aku teringat peristiwa itu kembali. Peristiwa yang sangat membuatku merasa bersalah. Dan 7 hari setelah aku mengambalikan boneka kepada nenek, nenek meninggal dunia.
            Saat ini aku rindu dengan nenek. Aku rindu senyumnya, kata- katanya, dan aku juga rindu boneka nenek. Seketika aku teringat akan boneka itu. Dan aku ingin memiliki boneka itu kembali. Tapi, dimana nenek menyimpan boneka itu? Dengan setengah berlari, aku langsung menuju kamar nenek. Terdapat sebuah kamar yang sunyi dan penuh kedamaian. Tampak sebuah benda kecil berada diantara bantal nenek, setelah kudekati ternyata itu adalah boneka buatan nenek. Sontak aku pun langsung memeluk boneka itu dengan menangis tersedu- sedu. Saat aku sedang menangis di kamar nenek, tiba- tiba papa dan mama datang dan  langsung memelukku. Teman- temanku pun datang dan langsung meminta maaf kepadaku.
            Malamnya, aku bermimpi bertemu dengan nenek. Di dalam mimpiku, nenek berpakaian seperti putri kerajaan, cantik sekali. Nenek pun tersenyum kepadaku dan berkata “Dea, nenek ingin kamu menjaga serta merawat boneka buatan nenek dengan baik ya. Memang, boneka itu tidak seberapa bagusnya, tapi paling tidak kamu tidak kesepian lagi saat kamu ditinggal oleh papa dan mama pergi..” kata nenek dengan lembut.
            Mendengar hal itu aku pun langsung berkata “Baik nek, Dea janji”
            Aku pun langsung terbangun dan memeluk boneka itu dengan erat. Seketika aku pun berfikir, bahwa kasih sayang nenek lebih besar daripada kasih sayang papa dan mama. Buktinya saat papa dan mama pergi, hanya nenek yang dapat menemaniku. Saat aku sedih, hanya nenek yang dapat menghiburku, dan saat aku menangis hanya nenek yang dapat menenangkanku.
            Aku tak peduli, papa dan mama ingin memberikanku benda-benda yang super mahal sekalipun. Tapi aku tidak menginginkan itu. Aku hanya menginginkan kasih sayang dari papa dan mama...
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar